Friday, March 14, 2008

KOGNISI DALAM KONSELING

Kognisi merupakan bagian intelek yang merujuk pada penerimaan, penafsiran, pemikiran, pengingatan, penghayalan atau penciptaan, pengambilan keputusan, dan penalaran.

1. ASUMSI-ASUMSI YANG SALAH

a) Perkembangan

Proses pembelajran yang menyebabkan asumsi yang salah diperoleh melalui lima cara, yaitu :

1) Melalui masalah langsung

2) Terjadi dengan kejadian seolah-olah menglami sendiri

3) Pengajaran langsung

4) Logika simbolik

5) Miskonstruksi hubungan sebab akibat

Disamping itu asunsi salah dapat ditimbulkan oleh kesalahan dalam berfikir. Hal-hal berikut ini merupakan kesalahan dalam berfikir yang menyebabkan asumsi salah :

1) Generalisasi berlebiha

2) Konsep semua atau tidak sama sekali

3) Pernyataan mutlak

4) Ketidak akuratan semantik

5) Akurasi waktu.

b) Karakeristik

Karakteristik asumsi yang salah mempunyai beberapa karakteristik dalam hal :

a. Dimensi waktu

Asumsi yang salah berkenaan dengan masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.

b. Pola-pola asumsi yang salah

Orang mengikuti konseling dipengaruhi oleh asumsi yang salah yang secara signifikan akan menghambat hidupnya sendiri sehingga membatasi hidupnya.

c. Hal yang mendasari kekurangan

Asumsi yang salah selalu ditelusuri ke belakang berkenaan dengan kekurangan yang ada pada dirinya.

d. Asumsi yang berbahaya dan tidak berbahaya

Semua asumsi yang negatif tidak selalu menimbulkan ganguan psikologis. Asumsi yang salah dapat berupa ucapan.

c) Penolakan terhadap perubahan

Asumsi yang salah selit sekali diubah karena beberapa alasan, yaitu :

· Dianggap sebagai hal yang bersifat pribadi.

· Telah ada semenjak kanak-kanak

· Sudah merupakan bagian integral dengan kepribadian seseorang.

· Orang yang sudah menghabiskan seperempat abad atau lebih karena harus mengubah pemahan selama itu.

d) Pemeliharaan

Asumsi yang salah cenderung akan selalu dipelahara dan menolak perubahan karena karena mereka beranggapan telah terbukti “benar” dalam hidupnya.

2. BEBERAPA PERTIMBANGAN BAGI KONSELOR

Dalam menghadapi klien dengan kasus asumsi salah, ada beberpa hal yang harus dijadikan pertimabangan oleh konselor, antara lain :

a) Kesabaran

Konselor harus memiliki kesabaran yang baik dalam menangani klien dengan kasus asumsi yang salah.

b) Reaksi yang tidak membantu

Konselor hendaknya menujukan reaksi yang sedemikian rupa agar dapat membantu klien.

c) Emosi

Konselor harus memahami bahwa walaupun masalahnya adalah dalam kaitan dengan kognisi, akan tetapi tidak boleh mengabaikan keterkaitan dengan faktor emosional.

d) Asumsi yang tidak disadari

Asumsi yang paling merusak adalah asumsi yang sering kali tidak disadari oleh klien dan sangat dipercaya bahwa asumsi itu benar.

e) Validitas

Konselor harus menyadari bahwa tidak semua asumsi itu salah.

f) Barbagi asumsi

Dlam konseling, konselor dapat berbagi pengalaman bersama klien dalam hal kesamaan asumsi.

g) Menyembunyikan asumsi

Dalam konseling, konselor akan mendapatkan klien yang berusaha menyembunyikan asumsinya yang salah dan berusaha untuk menghindar adanya upaya untuk mengungkapkannya.

h) Menghilangkan asumsi

Kosnelor tidak dapat membuat alasan, bukti, atau bicara dengan klien di luar asumsi yang salah.

i) Melibatkan kosnelor dalam masalah

Konselor dapat berperan sebagai bagian integral dari klien dlaam dua cara, yaitu: sebagai sasaran asumsi yang salah dari klien dan klien dapat memproyeksikan salahnya kepada konselor.

j) Membuktikan asumsi yang salah

Klien dalam konseling dapat memanipulasi dengan membuktikan bahwa asumsinya benar. Dalam hal ini konselor harus berhati-hati dan mampu mengajak klien agar tidak terpengaruh oleh keinginan klien.


k) Kenyataan yang baru

Perubahan dari asumsi salah menjadi asumsi benar tidak selalu perlu dan secara otomatis membawa kompetensi psikologis untuk menemukan kenyataan baru.

No comments: